Kerajaan Tidore merupakan salah satu kerajaan islam di
Indonesia yang terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua.
Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu.
Sultan Ciriliyati (1495–1512) menjadi penguasa
Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Namun Kerajaan Tidore mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805) yang memproklamasikan
dirinya sebagai Sultan Tidore dan menyatakan bahwa kesultanannya sebagai
wilayah yang merdeka lepas dari kekuasaan VOC-Belanda. Kesultanan Tidore yang
dimaksudkan olehnya meliputi semua wilayah Tidore yang utuh yaitu : Halmahera
Tengah dan Timur, Makian, Kayoa, Kepulauan Raja Ampat, Papua Daratan, Seram
Timur, Kepulauan Keffing, Geser, Seram Laut, Kepulauan Garang, Watubela dan
Tor.Setelah berjuang beberapa tahun, Sultan Nuku memperoleh kemenangan yang
gemilang. Ia berhasil membebaskan Kesultanan Tidore
dari kekuasaan Belanda dan mengembalikan pamornya. Penghujung abad ke-18 dan
permulaan abad ke-19 adalah era keemasan Tidore di bawah Nuku. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin Ia juga giat menentang Belanda yang berniat
menjajah kembali.
Kemunduran Kerajaan
Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan
oleh bangsa Spanyol dan Portugis yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate
sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan
Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam
bentuk organisasi yang kuat.
Aspek Ekonomi Kerajaan Tidore
Kerajaan
Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa
Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan
Belanda.
Aspek Sosial dan Budaya Kerajaan Tidore
Sebagai
kerajaan yang bercorak Islam,
masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam .
Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari
Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah Al-Qur’an.
Selain itu, masyarakat Maluku yang didominasi oleh aktivitas
perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat
Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan
Islam seperti Ternate dan Tidore.
0 komentar:
Posting Komentar